Secara garis besar teori sosiologi dapat
dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu teori objektivis dan teori subjektivis.
Keduanya sama-sama merupakan cabang filsafat yang membicarakan suatu fenomena
sosial. Namun, keduanya memiliki sudat pandang dan ranah kajian yang berbeda.
Perbedaan tersebut sering kali dikonsepsikan sebagai suatu pertentangan
sehingga tak jarang para penganut masing-masing aliran saling serang terhadap
aliran yang lain.
Objektivisme berpandangan bahwa suatu tindakan
sosial itu sepenuhnya dipengaruhi oleh struktur sosial yang ada dilingkungan
individu yang bersangkutan. Dalam buku Sosilogi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda karya George Ritzer, obejektivisme merujuk pada
paradigma fakta sosial. Pemuka eksemplar dari paradigma ini adalah Emile
Durkheim. Dalam bukunya The Rule of Sociological Method Durkheim
menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari dengan apa yang ia sebut
fakta-fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat
eksternal dan memaksa individu.[1]
Paradigma ini memusatkan kajiannya pada fakta-fakta sosial. Fakta sosial tidak
dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif), tetapi untuk
memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia.[2]
Subjektivisme memandang bahwa aktor memiliki
kuasa penuh dalam melakukan tindakan sosialnya. Subjektivisme mengkritik
objektivisme yang memandang individu sebagai aktor pasif yang bertindak atas
paksaan struktur sosial saja. Subjektivisme mengacu pada paradigma definisi
sosial. Pemuka eksempar paradigma ini adalah Max Weber. Menurut Weber
mempelajari suatu pranata secara khusus
A. Konsep Penghubung Objektivisme dan
Subjektivisme
Pertikaian antara para penganut objektivisme
dan subjektivisme telah menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perkembangan
sosiologi. Akibatnya, timbulah usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa
sosiolog untuk menyatukan pandangan tersebut.
1. Pierre Bourdieu
Dalam upayanya untuk menyatukan kedua
pandangan yang bertentangan tersebut, Bourdieu memperkenalakan beberapa konsep
yang menjadi acuannya, yaitu: habitus, modal (capital), arena dan
praktik.
2. George Ritzer
Lain halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh
Bourdieu, George Ritzer memperkenalkan paradima terpadu sebagai konsepsi acuan
yang menyatukan tiga paradigma utama dalam sosiologi, yaitu: fakta sosial,
definisi sosial dan perilaku sosial.
0 comments:
Post a Comment