Monday, 16 March 2015

Kebutuhan dan Keinginan sebagai Sesuatu yang Fundamental

Kebutuhan dan Keinginan sebagai Sesuatu yang Fundamental
Oleh : Trisna Nurdiaman



Sebagaimana pandangan utilitarianisme yang melihat manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha untuk meraih kebahagiaan dan menjauhi penderitaan, maka manusia tidak akan pernah terlepas dari yang namanya “kebutuhan dan keinginan”. Tindakan sosial yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah sebuah upaya untuk memenuhi segala sesuatu yang telah ia persepsikan sebagai suatu kebutuhan atau keinginan.
Kebutuhan dan keinginan merupakan sesuatu yang riil dalam masyarakat. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang apabila tidak dipenuhi akan mengganggu kelangsungan hidup manusia yang bersangkutan. Sementara keinginan adalah segala sesuatu yang apabila tidak dipenuhi tidak akan menggangu kelangsungan hidup dari individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan itu bersifat memaksa, sementara keinginan itu bersifat suka rela atau atas kemauan sendiri.
Pada hakikatnya, manusia dan hewan sama-sama mempunyai kebutuhan dan keinginan. Namun yang membedakan diantara keduanya adalah “bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan dan keinginannya?”. Baik manusia atau pun hewan sebenarnya sama-sama terdiri dari dua unsur pembentuk eksistensinya, yaitu biologis dan psikologis. Meskipun terdiri dari unsur yang sama, tetapi keduanya memiliki kualitas diri (self quality) yang berbeda. Kebutuhan dan keinginan sendiri merupakan sebuah konsekuensi logis dari adanya dua unsur pembentuk eksistensi manusia tersebut dimana unsur biologis dan psikologis merupakan objek dari pemenuhan kebutuhan dan keinginan.
Selama manusia hidup, maka ia tidak akan pernah bisa berhenti untuk membutuhkan dan menginginkan. Bahkan ketika kebutuhan dan keinginannya sudah bisa terpenuhi secara berkesinambungan, manusia akan membuat kebutuhan dan keinginan baru. Manusia adalah makhluk yang serakah. Kebutuhan dan keinginannya bersifat tidak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan ataua sumberdaya yang tersedia itu terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memaksimalkan sumberdaya yang terbatas tersebut, manusia dituntut untuk saling berkerjasama dan berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya hal tersebut maka terciptalah aspek ketiga manusia, yaitu aspek sosiologis. Jadi kesimpulannya manusia terdiri dari tiga aspek yang saling saling terkait satu sama lainnya, yaitu aspek biologis, psikologis dan sosiologis.

Aspek sosiologis merupakan kesatuan realitas dari proses interaksi antar manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang lama-kelamaan menghasilkan suatu pola-pola kultural diantara mereka. Pola-pola kultural tersebut sering juga disebut dengan istilah struktur sosial yang terdiri dari seperangkat nilai dan norma sosial yang mengatur hubungan antar manusia dalam berkelompok. Pola-pola kultural tercipta karena adanya kesadaran yang disepakati bersama akan pentingnya membatasi upaya-upaya apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut, sehingga terciptalah sebuah keteraturan.

1 comments: