Kebutuhan dan Keinginan sebagai Sesuatu yang Fundamental
Oleh : Trisna Nurdiaman
Sebagaimana pandangan utilitarianisme yang melihat manusia sebagai
makhluk yang selalu berusaha untuk meraih kebahagiaan dan menjauhi penderitaan,
maka manusia tidak akan pernah terlepas dari yang namanya “kebutuhan dan
keinginan”. Tindakan sosial yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah
sebuah upaya untuk memenuhi segala sesuatu yang telah ia persepsikan sebagai
suatu kebutuhan atau keinginan.
Kebutuhan dan keinginan merupakan sesuatu yang riil dalam
masyarakat. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang apabila tidak dipenuhi akan
mengganggu kelangsungan hidup manusia yang bersangkutan. Sementara keinginan
adalah segala sesuatu yang apabila tidak dipenuhi tidak akan menggangu
kelangsungan hidup dari individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kebutuhan itu bersifat memaksa, sementara keinginan itu
bersifat suka rela atau atas kemauan sendiri.
Pada hakikatnya, manusia dan hewan sama-sama mempunyai kebutuhan
dan keinginan. Namun yang membedakan diantara keduanya adalah “bagaimana cara
mereka memenuhi kebutuhan dan keinginannya?”. Baik manusia atau pun hewan
sebenarnya sama-sama terdiri dari dua unsur pembentuk eksistensinya, yaitu
biologis dan psikologis. Meskipun terdiri dari unsur yang sama, tetapi keduanya
memiliki kualitas diri (self quality) yang berbeda. Kebutuhan dan
keinginan sendiri merupakan sebuah konsekuensi logis dari adanya dua unsur
pembentuk eksistensi manusia tersebut dimana unsur biologis dan psikologis
merupakan objek dari pemenuhan kebutuhan dan keinginan.
Selama manusia hidup, maka ia tidak akan pernah bisa berhenti untuk
membutuhkan dan menginginkan. Bahkan ketika kebutuhan dan keinginannya sudah
bisa terpenuhi secara berkesinambungan, manusia akan membuat kebutuhan dan
keinginan baru. Manusia adalah makhluk yang serakah. Kebutuhan dan keinginannya
bersifat tidak terbatas, sementara alat pemuas kebutuhan ataua sumberdaya yang
tersedia itu terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memaksimalkan
sumberdaya yang terbatas tersebut, manusia dituntut untuk saling berkerjasama
dan berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya hal tersebut maka terciptalah
aspek ketiga manusia, yaitu aspek sosiologis. Jadi kesimpulannya manusia
terdiri dari tiga aspek yang saling saling terkait satu sama lainnya, yaitu
aspek biologis, psikologis dan sosiologis.
Aspek sosiologis merupakan kesatuan realitas dari proses interaksi
antar manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang lama-kelamaan
menghasilkan suatu pola-pola kultural diantara mereka. Pola-pola kultural
tersebut sering juga disebut dengan istilah struktur sosial yang terdiri dari
seperangkat nilai dan norma sosial yang mengatur hubungan antar manusia dalam
berkelompok. Pola-pola kultural tercipta karena adanya kesadaran yang
disepakati bersama akan pentingnya membatasi upaya-upaya apa saja yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
tersebut, sehingga terciptalah sebuah keteraturan.
Ambil pertamaks
ReplyDelete